O l e h
Sitti Nurjana Batjo
Abstrak
Ketidakmampuan remaja dalam menyalurkan segala keinginan dirinya menyebabkan timbulnya dorongan yang kuat untuk berkelompok. Pada masa ini, psikologi mereka sangat melonjak tajam, emosi yang sering meledak-ledak, rasa ingin hidup bebas, dan lain-lain merupakan faktor utama terjadinya kenakalan remaja (juvenile delenguency). Ditambah lagi hedonisme sudah menjadi budaya, gaya ingin menikmati hidup dengan berfoya-foya dan melakukan hal yang melanggar hukum dan agama sekalipun demi terpuaskannya nafsu mereka. selanjutnya adalah pembentukan komunitas, kelompok atau geng untuk memperkuat pencitraan dan proteksi diri. Pada dasarnya remaja yang melakukan delinkuen kurang memiliki kontrol diri atau malah justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut, mereka cenderung lebih suka melakukan tingkah laku yang menurut mereka adalah ciri khas mereka dan sangat egoistis, dan suka sekali menyalahgunakan atau melebih-lebihkan harga dirinya. mayoritas juvenile deleguency berusia dibawah 21 tahun. Angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15-19 tahun, dan sesudah umur 22 tahun tingkat delenguency akan menurun.
Remaja yang delinkuen pada umumnya mempunyai kebiasaan memakai uniform atau pakaian yang khas, aneh dan mencolok, lagak dan tingkah laku yang khas pula.Minimal tiga badai yang akan mengguncang masa remaja, yakni;Pertama, badai otoritas..Kedua, badai rangsang emosi. Ketiga, badai ego.Disamping tiga hal tersebut diatas, maka salah satu faktor penting yang juga sangat mempengaruhi perilaku remaja adalah terbuka lebarnya media komunikasi dan informasi elektronik yang dapat dengan mudah diakses.
Kata kunci: Juvenile Delenguency, Remaja, Gaya Hidup.